Dia nggak sempurna. Dia pernah buat aku sedih, nangis, marah, bahkan kecewa. Aku juga pernah merasa terbuang dan tak berharga baginya. Tapi bukankah memang sabarku untuk dia?
Kau tahu? Dibalik kelemahannya, dia orang yang dewasa untuk manjaku, untuk aku yang selalu ingin diperhatikan, disayang, dan didengar. Selalu bersedia kurepotkan. Dia pendengar yang hebat. Tatapannya yang teduh untuk setiap kekhawatiranku dan ketakutan-ketakutan kecilku. Mendukung setiap hal baik yang kulakukan, penenang kecemasanku.
Walau begitu dia juga bisa bandel. Bukan bandel karena balas chatku yang lama, atau lupa tanya aku sudah makan apa belum. Aku cuma kesel kalau dia susah dibilangin. Dia suka lupa sama kesehatannya sendiri, suka ngopi dan begadang. Apalagi kalau ngejar deadline, semaleman bisa nggak tidur. Kalau aku mau ngomel, bilangnya "Aku jagain kamu tidur, makan nyamuk biar nyamuknya nggak makan kamu". Kalau udah gitu aku bisa apa?
Jadiii, pilihannya cuma dua. Mau melengkapi ketidaksempurnaannya. Atau, kalau maksa dapat yang sempurna, coba deh jadi sempurna dulu. Aku sih, pilih yang ketiga. Ya kamu, hehe.
Untuk yang ku panggil sayang,
Dan kucintai berulang-ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar